Sabtu, 27 Maret 2010

Penghujanku



Sudah terlampau lama aku mengurung umpatan, gusaran, makian dan teman-teman sejawatnya dalam kotak kepasrahan yang hari ini begitu ingin kuledakkan hingga berceceran.
Dan berulang kali mengenali rasa ingin ini sebatas hembusan tiada arti, menguap begitu saja saat lagi-lagi keterbatasanku memojokkan pada kepengecutan akan pikiran lain di luar sistemku.
Ya, aku manusia dengan seribu macam phobia yang menggerakkanku untuk mentolerir jutaan maaf, meski sesungguhnya aku tidak pernah ingin mengampuni.  Karena bagiku maaf tidak pernah mampu mengubah masa lalu, apalagi menyamankan masa depan.
Hari ini tangisku begitu ingin mencuat, mempertunjukkan dirinya pada mereka yang hanya pernah melihat seringai bodohku, meyakinkan mereka dan terutama diriku sendiri bahwa akupun manusia.
Lagi-lagi aku tidak sanggup, karena duniaku terlalu rapuh untuk diguncang walau dengan setetes air mata.
Maka kehadiranmu, hujan hari ini, cukup untuk meredam muntahan emosiku.
Rintik-rintikmu yang menyapa ubun-ubunku, telah mengokohkan kesabaran untuk berpijak kembali
Temperaturmu yang dingin mampu memadamkan segenap lonjakan ingin membakar masaku
Dan bahkan ketika kau beranjak, kau tinggalkan aroma tanah basah untuk menemaniku pulang menghadapi kegetiran
Meski hampir tiap hari aku begitu mengutuki kehadiranmu pada duniaku, namun kaulah alasan aku mensyukuri kehidupanku, penghujanku…

1 komentar:

  1. Hei..
    Is it about someone whom you told me yesterday??
    Astari..did it show how much that one mean so much for you?? I was really happy when I knew that you're stronger, but still..curiousity is still "buggling" in my head..

    BalasHapus